MANAJEMEN
SUMBER DAYA AIR
|
NORMALIA RIZKI
I1A114045
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2015
Manajemen
Sumber Daya Air
1.
Siklus
hidrologi
Lingkungan
air disebut juga hidrosfir. Lingkungan air sangat erat kaitannya dengan
kehidupan manusia. Kehidupan manusia dapat berlangsung hanya bila kebutuhan air
secara kualitatif dan kuantitatif dapat dipenuhi. Sekalipun air jumlahnya
relative konstan, tetapi air tidak diam melainkan bersirkulasi akibat pengaruh
cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologi.(1)
Secara
umum, siklus hidrologi dapat diterangkan sebagai berikut, air menguap akibatnya
panasnya matahari. Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air yang berada di
dalam lapisan anah bagin atas (evaporasi), air yang berada di dalam tumbuhan
(transpirasi), hewan dan manusia (transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki
atmosfir, di dalam atmosfir uap air ini menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca
tertentu dapat mendingin dan berubah menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh
kembali ke permukaan bumi sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir
langsung masuk ke dalam permukaan (runoff), ada yang meresap ke dalam tanah
(perkolasi) dan menjadi air tanah, baik yang dangkal maupun yang dalam dan ada
juga yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah akan timbul ke permukaan sebagai
mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan bersama-sama dengan air tanah
dangkal dan air yang berada dalam tubuh akan menguap kembali menjadi awan, maka
siklus hidrologi akan kembali berulang.(1)
Siklus
hidrologi merupakan aspek penting untuk mensuplai daerah daratan dengan air.
Selain itu juga siklus hidrologis merupakansalah satu prose salami untuk
membersihkan air dari pencemaran dengan syarat bahwa kualitas udara cukup
bersih.(1)
2.
Peran
air dalam kesehatan
Dalam
kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen yang paling dekat
dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan
kehidupan manusia, oleh karena hal tersebut air harus tersedia dalam kuantitas
dan kualitas yang memadai.Selain merupakan sumber daya alam, air juga merupakan
komponen ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya, yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.Hal ini tertuang dalam Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Mengingat pentingnya kebutuhan akan air
bersih, maka sangatlah wajar apabila sektor air bersih mendapatkan prioritas
penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak.(5)
Air
adalah bagian dari kehidupan di permukaan bumi. Air bukan merupakan hal yang
baru, karena kita ketahui bersama bahwa tidak ada satupun kehidupan dimuka bumi
ini dapat berlangsung tanpa adanya air. Oleh karena itu , air dikatakan benda
mutlak yang sangat diperlukan dalam kehidupan makhluk hidup. Volume air dalam
tubuh manusia rata - rata 65% dari total berat badannya dan volume tersebut
sangat bervariasi pada masing – masing orang, bahkan juga bervariasi pada
bagian – bagi tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung
banyak air antara lain : otak 74%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6% dan
darah 83%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum,
masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO, di negara -
negara maju tiap orang memerlukan air antara 60 – 120 liter perhari. Sedangakan
di Negara berkembang , termasuk Indonesia tiap oran memerlukan air antara 30 –
60 perhari.(2)
Tubuh
manusia tersusun dari jutaan sel dan hampir keseluruhan sel tersebut mengandung
senyawa air (H2O). Menurut penelitian, hampir 67% dari berat tubuh
manusia terdiri dari air. Manfaat air bagi tubuh manusia adalah membantu proses
pencernaan, mengatur proses metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dan menjaga
keseimbangan suhu tubuh. Menurut dokter dan para ahli kesehatan, tubuh
membutuhkan air untuk dikonsumsi sebanyak 2,5 liter atau setara dengan 8 gelas
setiap harinya. Apabila jumlah air yang dikonsumsi kurang dari jumlah ideal,
tubuh akan mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh mudah
lemas, capek dan mengalami gangguan kesehatan.(3)
3. Sumber air baku, sifat dan
karakteristik air bersih
Karakteristik air
terbagi menjadi karakteristik fisik dan karakteristik kimia. Karakteristik
fisik meliputi kekeruhan
air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang
terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan
industri. Temperatur air, kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar
oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan
bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi. Warna
air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang
berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh -tumbuhan. Solid
(Zat padat) yaitu kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat
meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi
penetrasi sinar matahari kedalam air. Bau dan rasa air, dapat dihasilkan oleh
adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang
terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik
tertentu.(4)
Karakteristik kimia air meliputi
bersadarkan pH, pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa,
korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih
toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut
dipengaruhi oleh pH. Berdasarkan DO (Dissolved Oxygent), DO adalah
jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi
atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan
DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi. Berdasarkan BOD (Biological
Oxygent Demand), BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang
terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk
memonitoring kapasitas self purification badan air penerima. Reaksi: Zat
Organik + m.o + O2 → CO2 + m.o + sisa material organik (CHONSP). Berdasarkan
COD (Chemical Oxygent Demand), COD adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Reaksi + 95 %
terurai Zat Organik + O2→ CO2 + H2O. Berdasarkan kesadahan air yang tinggi akan
mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan
rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin,
atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang
tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
Berdasarkan senyawa-senyawa kimia yang beracun kehadiran unsur arsen (As) pada
dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu
pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih
akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah
(karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi
manusia.(4)
Air bersih (sanitation water)
adalah air yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan pada sektor rumah
tangga seperti untuk mandi, mencuci dan kakus. Persyaratan air bersih antara
lain adalah jernih, tidak bewarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun,
pH netral dan bebas mikroorganisme. Pengertian ini harus dibedakan dengan
pengertian air minum, yakni air yang memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga
dapat langsung diminum. Pada umumnya masyarakat mendapatkan air minum dengan
cara memasak air bersih. Beberapa sumber air mentah yang lazim digunakan/diolah
masyarakat menjadi air bersih antara lain : Air permukaan seperti air sumur
dangkal, air sungai, air danau, air rawa; Air tanah seperti air mata air, air
sumur dalam dan lain-lain; Air hujan. Tidak semua sumber air tersebut dapat langsung
dipergunakan untuk itu perlu dilakukan pengolahan. Terutama pada daerah
perkotaan.(4)
Beberapa
persyaratan Kualitas Air Minum menentukan bahwa Air minum aman bagi kesehatan
apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif.Hal
tersebut tertulis dalam Pasal 3 Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.Permasalahan tentang kualitas air disebabkan oleh beberapa sifat dari air
dan kandungan mahluk hidup, zat, energi, dan komponen lain yang ada dalam air
tersebut.Klasifikasi mutu air, berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
air dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu kelas satu, air yang peruntukkannya
dapat digunakan untuk air baku air minum, dan/atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas dua, air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas
tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan/atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas empat, air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi tanaman dan/atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Klasifikasi mutu air dilakukan melalui pendekatan untuk menetapkan kriteria
mutu air dari tiap kelas, yang akan menjadi dasar dalam penetapan baku mutu
air.
4.
Metoda
pengolahan air secara sederhana
Pengolahan air adalah cara untuk memisahkan zat-zat
pengotor dari air mentah. Secara garis besar kelompok zat pengotor air tersebut
terbagi menjadi padatan tersuspensi (suspended solid), padatan
terlarut (dissolved solid). Untuk produksi air bersih upaya pengolahan
dititik beratkan pada penyisihan padatan tersuspensi dari air mentah. Proses
penyisihan padatan tersuspensi dari air mentah terdiri dari 3 tahapan yaitu
tahap pengendapan alami (natural sedimentation), tahap
penjernihan (clarification) dan tahap penyaringan (filtration).(4)
Tahap Penjernihan (clarifying process) atau
tahap pengendapan padatan tersuspensi dengan bantuan zat kimia tertentu.
Ada tiga tahap proses penjernihan yaitu tahap koagulasi (coagulation step)adalah
tahap penetralan muatan atau penyediaan jembatan dari padatan terdispersi
dengan penambahan zat kimia tertentu (coagulant aid). Pada tahap ini
dikehendaki pencampuran yang baik (rapid mixing) untuk menjamin kontak
yang maksimal antara padatan tersuspensi dengan zat kimia yang
ditambahkan.Tahap flokulasi (floculation step) adalah tahap penggabungan
dari padatan padatan tersuspensi untuk membentuk flok (aglomerat). Pada
tahap ini dibutuhkan zona yang relatif tenang agar penggabungan dari
padatan-padatan terdispersi dapat berlangsung dengan baik. Tahap sedimetasi (sedimentation
step) adalah tahap pengendapan flokflok ke dasar klarifier. Agar proses
pengendapan ini berjalan dengan baik maka tahap ini harus berlangsung pada zona
yang sangat tenang.(4)
Pada alat penjernih konvensional (conventional
clarifier) masing-masing tahap penjernihan tersebut diatas dilaksanakan
pada tempat terpisah sementara pada alat penjernih modern (modern clarifier)
ketiga tahap penjernihan diatas dilaksanakan dalam satu alat yang terintegrasi.
Salah satu contoh ganerasi modern clarifier merupakan clarifier yang
dilengkapi dengan sekelompok tube yang dimaksudkan untuk membantu proses
pembentukan flok dan memperbesar hambatan flok untuk naik ke zona jernih
memperkecil proses sedimentasi.(4)
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk
menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik
teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum
terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan
secara kimia, pengolahan secara biologi. Untuk suatu jenis air buangan
tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri
sendiri atau secara kombinasi. (4)
Pengolahan air secara fisika, Pada umumnya, sebelum
dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan
tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang
terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan
cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran
besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah
dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan
ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak
pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan -bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya.(4)
Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan
bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge
thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan
untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosisnya,
akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel
tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau
menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi,
biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatic
(misalnya fenol ) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika
diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse
osmosis)biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama
jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah Biaya
instalasi dan operasinya sangat mahal.(4)
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan
untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan bahan tersebut pada
prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari
tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasireduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan
dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan
muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga
akhirnya dapat diendapkan.(4)
Penyisihan logam
berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur
misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau
endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air
> 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom
heksavalen , sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr( OH)3], terlebih
dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4,
SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan
sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan
klor (Cl), 2 kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogenperoksida. Pada dasarnya
kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia tetapi
biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.(4)
Pengolahan air secara biologi, semua air buangan yang biodegradable
dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara
biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah efisien. Dalam beberapa
dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala
modifikasinya. Pada dasarnya , reaktor pengolahan secara biologi dapat
dibedakan atas dua jenis , yaitu reaktor pertumbuhan tersuspensi(suspended
growth reactor) dan reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).(4)
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi,
mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur
aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur
aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation
ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif
konvensional , oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu
efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan
lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi
(90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu
detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat
pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak
sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan.(4)
Kolam oksidasi dan lagoon,baik yang diaerasi
maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reactor pertumbuhan tersuspensi.
Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari
di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup
untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di
dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di
dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung
dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya.(4)
Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama
ini , antara lain trickling filter, cakram biologi, filter
terendam, reaktor fludisasi. Seluruh modifikasi ini dapat
menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi
lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proses aerob, yang berlangsung dengan
hadirnya oksigen. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l,
proses anaerob menjadi lebih ekonomis.(4)
5.
Penyakit yang berhubungan
dengan air dan cara pencegahannya
Penggunaan air yang
tidak memenuh persyaratan menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan
kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular dan tidak menular. Penyakit
menular umumnya disebabkan oleh makhluk hidup; sedangkan penyakit tidak menular
umumnya bukan disebabkan oleh makhluk hidup.(1)
Penyakit menular yang
disebabkan oleh air secara langsung diantara masyarakat disebut penyakit bawaan
air (waterborne disease). Hal ini
dapat terjadi karena air merupakn media yang baik tempat bersarangnya bibit
penyakit/ agent. Menurut Slamet
(2002) beberapa penyakit bawaan air di Indonesia diantaranya adalah cholera
merupakan penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit cholera disebabkan
oleh bakteri vibrio cholera. Masa tunasnya berkisar beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps. Gejala
khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.(1)
Typhus
abdominalis juga merupakan penyakit yang menyebrang usus halus dan penyebaranya
adalah salmonella typi. Gejala
utamanya adalah panas yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun,
terjadi 1-3 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah infeksi. Salmonella typi tumbuh dalam suasana yang cocok bagi dirinya yaitu
usus manusia dan hewan berdarah panas. Namun bila tinja seseorang yang sakit
mengandung bakteri tersebut masuk ke badan air, maka bakteri ini tetap hidup
beberapa hari sebelum mati. Bila air tersebut diminum oleh manusia maka Salmonella typi tersebut masuk lagi ke usus manusia dan akan
berkembang hingga dapat menyebabkan penyakit. Jadi air berfungsi sebagai media
penyebaran penyakit. Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A. Gejala utama adalah demam akut, dengan perasaan ingin
mual dan muntah, hati membengkak dan skelera mata menjadi kuning oleh karena
itu orang awam menyebut Hepatitis ini sebagai penyakit kuning. Dysentrie amoeba
disebabkan oleh protozoa bernama Entamoebe hystolytica. Gejala utamanya adalah
tinja yang tercampur darah dan lender.(1)
Selain penyakit menular, penggunaan
air dapat memicu terjadinya penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular
terutama terjadi karena air yang telah terkontaminasi zat-zat yang berbahaya
atau beracun. Beberapa kasus keracunan akibat mengkonsumsi air yang
terkontaminasi air yang terkontaminasi diantaranya adalah kasus keracunanan di
kobalt (Co) yang terjadi di Nebraska (Amerika). Penyakit Minamata, yang
disebabkan pencemarn pantai Minamata oleh Mercury (air raksa). Keracuna Cadmium
di kota Toyoma, Jepang. Keracunan ini menyababkn terjadinya pelunakan tulang
sehingga tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri.(1)
Air juga dapat berperan
sebagai sarang insekta yang membawa / menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta
demikian disebut sebagai vector penyakit. Beberapa penyakit yang disebarkan
vector penyakit diantarany antara lain penyakit demam berdarah disebut juga Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) karena
disertai gejala demam dan pendarahan. Penyakit ini terus menyebarkan diantara
masyarakat melalui berupa nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk ini suka bersarang di air yang bersih.(1)
filariasis, dikenal juga
sebagai penyakit kakai gajah atau Elephantiasis.
Penyebabnya adalah cacing bulat yang kecil, disebut filaria. Sebagai pembawa vektor penyakit ini adalah nyamuk jenis culex fatigans. Manusia yang menderita
penyakit kaki gajah akan menjadi reservoir
cacing filaria. Larva cacing filaria akan menuju ke peredaran darah
periferi pada malam hari sehingga lalu penderita digigit nyamuk, maka nyamuk
tersebut akan membawa larva filaria
atau makrofilaria. Gigitan nyamuk
berikutnya akan memindahkan makrofilaria
kepada korban baru. selanjutnya makrofilaria
tersebut mengikuti peredaran darah manusia dan masuk ke dalam saluran limfatik
dan menjadi dewasa. Filaria ini dapat
menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran limfatik sehingga mengakibatkan
cairan tubuh tidak bisa mengalir seperti biasanya sehingga kemudian terjadi
pembengkakan yang semakin lama semakin membesar dan mengeras.(1)
Untuk mencegah
terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air, kualitas badan air harus
dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air adalah ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat, energy, atau komponen yang ada atau harus ada dan
atau unsure pencemaran yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Untuk
memenuhi hak tersebut, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian kualitas
(mutu) air berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu dan
model tertentu.(1)
Dengan mengetahui beberapa
parameter yang ada pada daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat
pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum.
Paramater yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah parameter kimia
meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam berat. Parameter
biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen dalam
air. Cars pengukurannya adalah dengan menyimpan sampel air yang telah diketahui
kandungan oksigennya selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD
digunakan untuk mengukur banyaknya pencemar organik.Menurut menteri kesehatan,
kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh kurang dari 3 ppm.
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan
radioaktivitas. Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme,
misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton. (Diah Rahmawati,
2003:68)(6)
Dalam peraturan pemerintah R.I. No.
82 tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui pengujian parameter fisika,
parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas. Pengujian
parameter fisika meliputi pengukuran temperature air, pengukuran kadar residu
terlarut dalam air dan kadar residu tersuspensi dalam air. Pengujian parameter
kimia dilakukan melalui pengukuran kadar zat kimia anorganik dan zat kimia
organik di dalam air. Pengujian parameter makrobiologi dilakukan memlalui
pengukuran kadar fecal coliform dan
total coliform di dalam air. Sedangkan pengujian parameter radioaktivitas dilakukan
dengan pengukuran Gross-A dan Gross-B yang terdapat di dalam air.(1)
Daftar
pustaka
1. Mulia,
Ricki M. Kesehatan lingkungan. Yogyakart: Graha ilmu, 2005.
2. Duta
Andhika J.D, dkk. Kadar sisa
chlor dan kandungan bakteri e.coli perusahaan air minum tirta moedal
semarang sebelum dan sesudah pengolahan. Kesehatan masyarakat 2 (2) (2013).
3. Yusnidar
Yusuf. Teknologi pengolahan air tanah sebagai
sumber air minum pada skala rumah tangga. Sigma 2 (4) (2012).
4. Hafni, ST MT. Proses pengolahan air bersih pada pdam
padang. Momentum. 13
(2)(2012).
5. Ridho Adiputra Tambunan. Peran PDAM dalam
pengelolaan bahan air baku air minum sebagai perlindungan kualitas air minum di
kota Yogyakarta. 2014.
6. Muhammad Jalaludin. Upaya peningkatan hasil belajar
siswa melalui strategi preview, question, read, reflect, recite, dan review
(pqr4) pada pokok bahasan pencemaran lingkungan kelas x di MAN Ciawigebang
kabupaten Kuningan. 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar