Kamis, 26 Maret 2015

KESEHATAN LINGKUNGAN

MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR



600px-Logo_unlam.jpg
 
 














NORMALIA RIZKI
I1A114045







PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2015


Manajemen Sumber Daya Air
1.      Siklus hidrologi
Lingkungan air disebut juga hidrosfir. Lingkungan air sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kehidupan manusia dapat berlangsung hanya bila kebutuhan air secara kualitatif dan kuantitatif dapat dipenuhi. Sekalipun air jumlahnya relative konstan, tetapi air tidak diam melainkan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologi.(1)
Secara umum, siklus hidrologi dapat diterangkan sebagai berikut, air menguap akibatnya panasnya matahari. Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air yang berada di dalam lapisan anah bagin atas (evaporasi), air yang berada di dalam tumbuhan (transpirasi), hewan dan manusia (transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfir, di dalam atmosfir uap air ini menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan berubah menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam permukaan (runoff), ada yang meresap ke dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah, baik yang dangkal maupun yang dalam dan ada juga yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan bersama-sama dengan air tanah dangkal dan air yang berada dalam tubuh akan menguap kembali menjadi awan, maka siklus hidrologi akan kembali berulang.(1)
Siklus hidrologi merupakan aspek penting untuk mensuplai daerah daratan dengan air. Selain itu juga siklus hidrologis merupakansalah satu prose salami untuk membersihkan air dari pencemaran dengan syarat bahwa kualitas udara cukup bersih.(1)
2.      Peran air dalam kesehatan
Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen yang paling dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia, oleh karena hal tersebut air harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai.Selain merupakan sumber daya alam, air juga merupakan komponen ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.Hal ini tertuang dalam Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Mengingat pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka sangatlah wajar apabila sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak.(5)
Air adalah bagian dari kehidupan di permukaan bumi. Air bukan merupakan hal yang baru, karena kita ketahui bersama bahwa tidak ada satupun kehidupan dimuka bumi ini dapat berlangsung tanpa adanya air. Oleh karena itu , air dikatakan benda mutlak yang sangat diperlukan dalam kehidupan makhluk hidup. Volume air dalam tubuh manusia rata - rata 65% dari total berat badannya dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing – masing orang, bahkan juga bervariasi pada bagian – bagi tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air antara lain : otak 74%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6% dan darah 83%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO, di negara - negara maju tiap orang memerlukan air antara 60 – 120 liter perhari. Sedangakan di Negara berkembang , termasuk Indonesia tiap oran memerlukan air antara 30 – 60 perhari.(2)
Tubuh manusia tersusun dari jutaan sel dan hampir keseluruhan sel tersebut mengandung senyawa air (H2O). Menurut penelitian, hampir 67% dari berat tubuh manusia terdiri dari air. Manfaat air bagi tubuh manusia adalah membantu proses pencernaan, mengatur proses metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dan menjaga keseimbangan suhu tubuh. Menurut dokter dan para ahli kesehatan, tubuh membutuhkan air untuk dikonsumsi sebanyak 2,5 liter atau setara dengan 8 gelas setiap harinya. Apabila jumlah air yang dikonsumsi kurang dari jumlah ideal, tubuh akan mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh mudah lemas, capek dan mengalami gangguan kesehatan.(3)
3.      Sumber air baku, sifat dan karakteristik air bersih
Karakteristik air terbagi menjadi karakteristik fisik dan karakteristik kimia. Karakteristik fisik meliputi kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri. Temperatur air, kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi. Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh -tumbuhan. Solid (Zat padat) yaitu kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air. Bau dan rasa air, dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.(4)
            Karakteristik kimia air meliputi bersadarkan pH, pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH. Berdasarkan DO (Dissolved Oxygent), DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi. Berdasarkan BOD (Biological Oxygent Demand), BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air penerima. Reaksi: Zat Organik + m.o + O2 → CO2 + m.o + sisa material organik (CHONSP). Berdasarkan COD (Chemical Oxygent Demand), COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Reaksi + 95 % terurai Zat Organik + O2→ CO2 + H2O. Berdasarkan kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air. Berdasarkan senyawa-senyawa kimia yang beracun kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.(4)
                        Air bersih (sanitation water) adalah air yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan pada sektor rumah tangga seperti untuk mandi, mencuci dan kakus. Persyaratan air bersih antara lain adalah jernih, tidak bewarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun, pH netral dan bebas mikroorganisme. Pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian air minum, yakni air yang memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat langsung diminum. Pada umumnya masyarakat mendapatkan air minum dengan cara memasak air bersih. Beberapa sumber air mentah yang lazim digunakan/diolah masyarakat menjadi air bersih antara lain : Air permukaan seperti air sumur dangkal, air sungai, air danau, air rawa; Air tanah seperti air mata air, air sumur dalam dan lain-lain; Air hujan. Tidak semua sumber air tersebut dapat langsung dipergunakan untuk itu perlu dilakukan pengolahan. Terutama pada daerah perkotaan.(4)
            Beberapa persyaratan Kualitas Air Minum menentukan bahwa Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif.Hal tersebut tertulis dalam Pasal 3 Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.Permasalahan tentang kualitas air disebabkan oleh beberapa sifat dari air dan kandungan mahluk hidup, zat, energi, dan komponen lain yang ada dalam air tersebut.Klasifikasi mutu air, berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, air dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu kelas satu, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan/atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi tanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Klasifikasi mutu air dilakukan melalui pendekatan untuk menetapkan kriteria mutu air dari tiap kelas, yang akan menjadi dasar dalam penetapan baku mutu air.
4.      Metoda pengolahan air secara sederhana
Pengolahan air adalah cara untuk memisahkan zat-zat pengotor dari air mentah. Secara garis besar kelompok zat pengotor air tersebut terbagi menjadi padatan tersuspensi (suspended solid), padatan terlarut (dissolved solid). Untuk produksi air bersih upaya pengolahan dititik beratkan pada penyisihan padatan tersuspensi dari air mentah. Proses penyisihan padatan tersuspensi dari air mentah terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap pengendapan alami (natural sedimentation), tahap penjernihan (clarification) dan tahap penyaringan (filtration).(4)
Tahap Penjernihan (clarifying process) atau tahap pengendapan padatan tersuspensi dengan bantuan zat kimia tertentu. Ada tiga tahap proses penjernihan yaitu tahap koagulasi (coagulation step)adalah tahap penetralan muatan atau penyediaan jembatan dari padatan terdispersi dengan penambahan zat kimia tertentu (coagulant aid). Pada tahap ini dikehendaki pencampuran yang baik (rapid mixing) untuk menjamin kontak yang maksimal antara padatan tersuspensi dengan zat kimia yang ditambahkan.Tahap flokulasi (floculation step) adalah tahap penggabungan dari padatan padatan tersuspensi untuk membentuk flok (aglomerat). Pada tahap ini dibutuhkan zona yang relatif tenang agar penggabungan dari padatan-padatan terdispersi dapat berlangsung dengan baik. Tahap sedimetasi (sedimentation step) adalah tahap pengendapan flokflok ke dasar klarifier. Agar proses pengendapan ini berjalan dengan baik maka tahap ini harus berlangsung pada zona yang sangat tenang.(4)
Pada alat penjernih konvensional (conventional clarifier) masing-masing tahap penjernihan tersebut diatas dilaksanakan pada tempat terpisah sementara pada alat penjernih modern (modern clarifier) ketiga tahap penjernihan diatas dilaksanakan dalam satu alat yang terintegrasi. Salah satu contoh ganerasi modern clarifier merupakan clarifier yang dilengkapi dengan sekelompok tube yang dimaksudkan untuk membantu proses pembentukan flok dan memperbesar hambatan flok untuk naik ke zona jernih memperkecil proses sedimentasi.(4)
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia, pengolahan secara biologi. Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri sendiri atau secara kombinasi. (4)
Pengolahan air secara fisika, Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan -bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya.(4)
Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosisnya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatic (misalnya fenol ) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis)biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.(4)
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasireduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan.(4)
 Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen , sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr( OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl), 2 kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogenperoksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.(4)
Pengolahan air secara biologi, semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya , reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis , yaitu reaktor pertumbuhan tersuspensi(suspended growth reactor) dan reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).(4)
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional , oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.(4)
Kolam oksidasi dan lagoon,baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reactor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya.(4)
Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini , antara lain trickling filter, cakram biologi, filter terendam, reaktor fludisasi. Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen. Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.(4)
5.      Penyakit yang berhubungan dengan air dan cara pencegahannya
Penggunaan air yang tidak memenuh persyaratan menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular umumnya disebabkan oleh makhluk hidup; sedangkan penyakit tidak menular umumnya bukan disebabkan oleh makhluk hidup.(1)
                        Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara langsung diantara masyarakat disebut penyakit bawaan air (waterborne disease). Hal ini dapat terjadi karena air merupakn media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/ agent. Menurut Slamet (2002) beberapa penyakit bawaan air di Indonesia diantaranya adalah cholera merupakan penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit cholera disebabkan oleh bakteri vibrio cholera. Masa tunasnya berkisar beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps. Gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.(1)
Typhus abdominalis juga merupakan penyakit yang menyebrang usus halus dan penyebaranya adalah salmonella typi. Gejala utamanya adalah panas yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah infeksi. Salmonella typi tumbuh dalam suasana yang cocok bagi dirinya yaitu usus manusia dan hewan berdarah panas. Namun bila tinja seseorang yang sakit mengandung bakteri tersebut masuk ke badan air, maka bakteri ini tetap hidup beberapa hari sebelum mati. Bila air tersebut diminum oleh manusia maka Salmonella typi tersebut masuk lagi ke usus manusia dan akan berkembang hingga dapat menyebabkan penyakit. Jadi air berfungsi sebagai media penyebaran penyakit. Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A. Gejala utama adalah demam akut, dengan perasaan ingin mual dan muntah, hati membengkak dan skelera mata menjadi kuning oleh karena itu orang awam menyebut Hepatitis ini sebagai penyakit kuning. Dysentrie amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoebe hystolytica. Gejala utamanya adalah tinja yang tercampur darah dan lender.(1)
            Selain penyakit menular, penggunaan air dapat memicu terjadinya penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular terutama terjadi karena air yang telah terkontaminasi zat-zat yang berbahaya atau beracun. Beberapa kasus keracunan akibat mengkonsumsi air yang terkontaminasi air yang terkontaminasi diantaranya adalah kasus keracunanan di kobalt (Co) yang terjadi di Nebraska (Amerika). Penyakit Minamata, yang disebabkan pencemarn pantai Minamata oleh Mercury (air raksa). Keracuna Cadmium di kota Toyoma, Jepang. Keracunan ini menyababkn terjadinya pelunakan tulang sehingga tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri.(1)
                        Air juga dapat berperan sebagai sarang insekta yang membawa / menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta demikian disebut sebagai vector penyakit. Beberapa penyakit yang disebarkan vector penyakit diantarany antara lain penyakit demam berdarah disebut juga Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) karena disertai gejala demam dan pendarahan. Penyakit ini terus menyebarkan diantara masyarakat melalui berupa nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini suka bersarang di air yang bersih.(1)
                        filariasis, dikenal juga sebagai penyakit kakai gajah atau Elephantiasis. Penyebabnya adalah cacing bulat yang kecil, disebut filaria. Sebagai pembawa vektor penyakit ini adalah nyamuk jenis culex fatigans. Manusia yang menderita penyakit kaki gajah akan menjadi reservoir cacing filaria. Larva cacing filaria akan menuju ke peredaran darah periferi pada malam hari sehingga lalu penderita digigit nyamuk, maka nyamuk tersebut akan membawa larva filaria atau makrofilaria. Gigitan nyamuk berikutnya akan memindahkan makrofilaria kepada korban baru. selanjutnya makrofilaria tersebut mengikuti peredaran darah manusia dan masuk ke dalam saluran limfatik dan menjadi dewasa. Filaria ini dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran limfatik sehingga mengakibatkan cairan tubuh tidak bisa mengalir seperti biasanya sehingga kemudian terjadi pembengkakan yang semakin lama semakin membesar dan mengeras.(1)
                        Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air, kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energy, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsure pencemaran yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Untuk memenuhi hak tersebut, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian kualitas (mutu) air berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu dan model tertentu.(1)
Dengan mengetahui beberapa parameter yang ada pada daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramater yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah parameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam berat. Parameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen dalam air. Cars pengukurannya adalah dengan menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan untuk mengukur banyaknya pencemar organik.Menurut menteri kesehatan, kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh kurang dari 3 ppm. Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas. Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton. (Diah Rahmawati, 2003:68)(6)
            Dalam peraturan pemerintah R.I. No. 82 tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui pengujian parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas. Pengujian parameter fisika meliputi pengukuran temperature air, pengukuran kadar residu terlarut dalam air dan kadar residu tersuspensi dalam air. Pengujian parameter kimia dilakukan melalui pengukuran kadar zat kimia anorganik dan zat kimia organik di dalam air. Pengujian parameter makrobiologi dilakukan memlalui pengukuran kadar  fecal coliform dan total coliform di dalam air. Sedangkan pengujian parameter radioaktivitas dilakukan dengan pengukuran Gross-A dan Gross-B yang terdapat di dalam air.(1)

Daftar pustaka
1.      Mulia, Ricki M. Kesehatan lingkungan. Yogyakart: Graha ilmu, 2005.
2.      Duta Andhika J.D, dkk. Kadar sisa chlor dan kandungan bakteri e.coli perusahaan air minum tirta moedal semarang sebelum dan sesudah pengolahan. Kesehatan masyarakat 2 (2) (2013).
3.      Yusnidar Yusuf. Teknologi pengolahan air tanah sebagai sumber air minum pada skala rumah tangga. Sigma 2 (4) (2012).
4.      Hafni, ST MT. Proses pengolahan air bersih pada pdam padang. Momentum. 13 (2)(2012).
5.      Ridho Adiputra Tambunan. Peran PDAM dalam pengelolaan bahan air baku air minum sebagai perlindungan kualitas air minum di kota Yogyakarta. 2014.
6.      Muhammad Jalaludin. Upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui strategi preview, question, read, reflect, recite, dan review (pqr4) pada pokok bahasan pencemaran lingkungan kelas x di MAN Ciawigebang kabupaten Kuningan. 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar