Kamis, 26 Maret 2015

KESEHATAN LINGKUNGAN

OLEH: NORMALIA RIZKI (I1A114045)

MANAJEMEN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN TINJA
1. Pengertian air limbah dan tinja
Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.(1)
Tinja merupakan hasil buangan manusia yang akan terus bertambah jumlahnya seiring dengan pertambahan penduduk, jika tidak diolah dengan baik maka dapat menjadi permasalahan lingkungan karena buangan tersebut merupakan beban dengan kadar organik dan toksisitas yang tinggi bagi lingkungan. (2)
Tinja dan limbah cair merupakan bahan buangan yang timbul karena adanya kehidupan manusia sebagai mahluk individumaupun mahluk sosial. Tinja juga merupakan bahan buangan yang sangat dihindari oleh manusia karena dapat mengakibatkan bauyang sangat menyengat dan sangat menarik perhatian serangga, khususnya lalat, dan berbagai hewan lain seperti anjing, ayam, dan tikus. Apabila pembungan tinja dan limbah cair tidak ditangani sebagaimana mestinya maka dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran permukaan tanah serta air tanah, yang berpotensi menjadi penyebab timbulnya penularan berbagai macam penyakit saluran pencemaan.(3)
2. Sumber dan karakteristik air limbah dan tinja
Sumber air limbah yaitu dari pertanian, rumah tangga, industry dan perkotaan seperti air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat ibadah.. Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia orang yang memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradable (dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur
(blooming). Hal yang demikian akan mengancam kelestarian bendungan. bendungan akan cepat dangkal dan biota air akan mati karenanya.(1,5)
Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air akan mati.(4)
Adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbuih, berwarna), atau mungkin berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran.(5)
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengolahan ke dalam suatu badan air. Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industri (industri).(6)
Air limbah rumah tangga terdiri dari tiga fraksi penting yaitu tinja (feses) yang berpotensi mengandung mikroba pathogen, air seni (urine) yang umumnya mengandung nitrogen dan posfor serta kemungkinan kecil mikro-organisme, grey water yang merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi. Grey water juga sering disebut dengan istilah sullage. Campuran feses dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran excreta dengan bilasan air toilet disebut
sebagai black water. Mikroba pathogen banyak terdapat pada exceta. Exceta ini merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan air.(6)
Air limbah industri umumnya terjadi akibat adanya pemakaian air dalam proses produksi. Di industri, air umumnya memiliki fungsi yaitu sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses industry. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku. Sebagi air proses, misalnya sebagai umpan boiler, pada pabrik minuman dan sebagainya. Untuk mencuci dan membilas produk dan atau gedung serta instalasi.(6)
Berbeda dengan air limbah rumah tangga, zat-zat yang terkandung di dalam air limbah industri sangat bervariatif sesuai dengan pemakaiannya di masing-masing industri. Oleh sebab itu, dampak yang diakibatkannya juga sangat bervariasi, bergantung pada zat-zat yang terkandung di dalamnya.(6)
Volume air limbah yang dihasilkan pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1)
a. Kebiasaan manusia
Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang dihasilkan.
b. Penggunaan sistem pembuangan kombinasi atau terpisah
Pada sistem kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih per kapita, sedangkan pada sistem terpisah volume limbah mencapai rata-rata 25-50 galon per kapita.
c. Waktu
Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi bergantung pada waktu dalam sehari dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan air yang menyebabkan air limbah semakin banyak, sedangkan di tengah hari volumenya lebih sedikit, dan di malam hari agak meningkat lagi.
Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (8)
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS)
Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS)
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membrane berukuran 0,45 mikron (Sugiharto,1987).
c. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu-abu menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan
Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik.
e. Temperatur
Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.
f. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organism hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).
c. Dissolved Oxygen (DO)
adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperature dan salinitas.
d. Ammonia (NH3)
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan.
e. Sulfida
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin (Sugiharto, 1987).
f. Fenol
Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan
kematian (Soemirat, 1994).
g. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air adalah 6–8.
h. Logam Berat
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
Karakteristik tinja yaitu komposisi tinja manusia terdiri dari atas zat padat, zat organic, zat anorganik. Dan kuantitas tinja ditinjau dari beberapa faktor yaitu
keadaan setempat, faktor fisiologi, kebudayaan, kepercayaan. Dalam sehari, orang Asia rata-rata mengeluarkan 200-400 gram tinja, sedangkan orang Eropa mengeluarkan 100-150 gram tinja. Menurut McDonald, di daerah tropis pengeluaran tinja berkisar antara 280-350 gram/orang/hari dan urine berkisar antara 600-1.130 gram/orang/hari.(1)
Perkiraan pengeluaran tinja gram/orang/hari menurut M.B. Gotan dapat dilihat dalam Tabel.(1)
gram/orang/hari
Tinja
135-270
35-70
Urine
1.000-1.200
50-70
Total
1.135-1.470
85-140
Tinja manusia mengandung air (68-80%), senyawa organik (88-97%), Nitrogen (5-7%), Fosfor (3-6%), Kali (1-2%), Kapur (4-5%) dan Karbon (40-55%). Tinja juga mengandung bakteri pathogen, sebagai contoh, dalam 125-300 gram tinja manusia terkandung sekira 300 milyar bakteri golongan Coli yang mengindikasikan adanya bakteri pathogen (Prof. Unus Suriawiria ITB). Tinja yang sudah dikomposkan dapat digunakan sebagai pupuk/soil condioner.(7)
3. Tujuan Pengolahan air limbah
Pada awalnya tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan bahan-bahantersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organik biodegradable serta mengurangi organisme pathogen. Namun sejalan dengan perkembangannya, tujuan pengolahan air limbah sekarang ini juga terkait dengan aspek estetika dan lingkungan.(6)
4. Dampak limbah terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat
Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak di inginkan. Dampak tersebut, antara lain: (1)
1) Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh manusia.
2) Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.
3) Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerogi dan zat anorganik)
Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir
Air limbah yang tidak di kelola dengan baik dapat menimbulkan dampak bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air (water disease). Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak terkelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain.(1)
Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara langsung diantara masyarakat disebut penyakit bawaan air (waterborne disease). Hal ini dapat terjadi karena air merupakn media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/ agent. Menurut Slamet (2002) beberapa penyakit bawaan air di Indonesia diantaranya adalah cholera merupakan penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit cholera disebabkan oleh bakteri vibrio cholera. Masa tunasnya berkisar beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps. Gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.(6)
Typhus abdominalis juga merupakan penyakit yang menyebrang usus halus dan penyebaranya adalah salmonella typi. Gejala utamanya adalah panas yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah infeksi. Salmonella typi tumbuh dalam suasana yang cocok bagi dirinya yaitu usus manusia dan hewan berdarah panas. Namun bila tinja seseorang yang sakit mengandung bakteri tersebut masuk ke badan air, maka bakteri ini tetap hidup beberapa hari sebelum mati. Bila air tersebut diminum oleh manusia maka Salmonella typi tersebut masuk lagi ke usus manusia dan akan berkembang hingga dapat menyebabkan penyakit. Jadi air berfungsi sebagai media penyebaran penyakit. Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A. Gejala utama adalah demam akut, dengan perasaan ingin mual dan muntah, hati membengkak dan skelera mata menjadi kuning oleh karena itu orang awam menyebut Hepatitis ini sebagai penyakit kuning. Dysentrie amoeba disebabkan
oleh protozoa bernama Entamoebe hystolytica. Gejala utamanya adalah tinja yang tercampur darah dan lender.(6)
Selain penyakit menular, penggunaan air dapat memicu terjadinya penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular terutama terjadi karena air yang telah terkontaminasi zat-zat yang berbahaya atau beracun. Beberapa kasus keracunan akibat mengkonsumsi air yang terkontaminasi air yang terkontaminasi diantaranya adalah kasus keracunanan di kobalt (Co) yang terjadi di Nebraska (Amerika). Penyakit Minamata, yang disebabkan pencemarn pantai Minamata oleh Mercury (air raksa). Keracuna Cadmium di kota Toyoma, Jepang. Keracunan ini menyababkn terjadinya pelunakan tulang sehingga tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri.(6)
Air juga dapat berperan sebagai sarang insekta yang membawa atau menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta demikian disebut sebagai vector penyakit. Beberapa penyakit yang disebarkan vector penyakit diantarany antara lain penyakit demam berdarah disebut juga Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) karena disertai gejala demam dan pendarahan. Penyakit ini terus menyebarkan diantara masyarakat melalui berupa nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini suka bersarang di air yang bersih. Filariasis, dikenal juga sebagai penyakit kakai gajah atau Elephantiasis. Penyebabnya adalah cacing bulat yang kecil, disebut filaria. Sebagai pembawa vektor penyakit ini adalah nyamuk jenis culex fatigans. Manusia yang menderita penyakit kaki gajah akan menjadi reservoir cacing filaria. Larva cacing filaria akan menuju ke peredaran darah periferi pada malam hari sehingga lalu penderita digigit nyamuk, maka nyamuk tersebut akan membawa larva filaria atau makrofilaria. Gigitan nyamuk berikutnya akan memindahkan makrofilaria kepada korban baru. selanjutnya makrofilaria tersebut mengikuti peredaran darah manusia dan masuk ke dalam saluran limfatik dan menjadi dewasa. Filaria ini dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran limfatik sehingga mengakibatkan cairan tubuh tidak bisa mengalir seperti biasanya sehingga kemudian terjadi pembengkakan yang semakin lama semakin membesar dan mengeras.(6)
Penurunan kualitas lingkungan akibat dari pencemaran limbah. Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan misalnya sungai dan danau dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Sebagai contoh, bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut di dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingg menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar maka kualitasnya kan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukannya.(1)
Selain itu limbah juga berdampak pada gangguan terhadap keindahan. Ada kalanya air limbah mengandung polutan yang tidak menggangu kesehatn dan ekonomi, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yang sederhana adalah air limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada badan air penerima. Walaupun pigmen tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan, tetapi terjadi gangguan keindahan terhadap badan air penerima tersebut.(6)
Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan bahan yang bila terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.(6)
Dampak limbah yang mengakibatkan gangguan terhadap kerusakan benda. Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi misalnya pipa saluran air limbah dan bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, uang berarti akan menimbulkan kerugian material.(6)
Untuk menghindari terjadinya gangguan-gangguan tersebut, air limbah yang dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang memenuhi dalam baku mutu air limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut,
maka perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke lingkungan.(6)
Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara tidak baik adalah pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan dan perkembangbiakan lalat. Sementara itu, penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat keadaan diatas, antara lain tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Penyakit tersebut bukan saja menjadi beban pada komunitas (dilihat dari angka kesakitan, kematian dan harapan hidup), tetapi juga menjadi penghalang bagi tercapainya kemajuan di bidang sosial dan ekonomi. Pembuangan kotoran manusia yang baik merupakan hal yang mendasar bagi keserasian lingkungan. Kotoran dari manusia yang sakit atau sebagai carrier dari suatu penyakit dapat menjadi sumber infeksi. Kotoran tersebut mengandung agens penyakit yang dapat ditularkan pada pejamu baru dengan perantara lalat.(6)
5. Dasar-dasar metode pengolahan limbah dan tinja
Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi merupakan kolam yang digunakan untuk mengolah air limbah secara alamiah. Kolam stabilisasi sangat dianjurkan untuk pengolahan air limbah di daerah tropis dan negara berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk membuatnya relative murah tetapi membutuhkan area yang luas dentention time yang cukup lama (biasanya 20-50 hari).(6)
Kolam stabilisasi yang umu digunakan adalah kolam anaerobic, kolam fakultatif dan kolam maturasi. Kolam anaerobic biasanya digunakan untuk mengolaj air limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam maturasi biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme pathogen di dalam air limbah.(6)
Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada instalasi pengolahan air limbah/IPAL (Wate Water Treatment Plant/WWTP). Di
dlam IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama (primary treatment) yang bertujuan untuk memisahkan padatan dari air secara fisik. Hal ini dapat dilakukan dengan melewatkan air limbah melalui saringan (filter) dan atatu bak sedementasi (sedimentation tank). Pengolahan kedua (secondary treatment) yang bertujuan untuk mengkoagulasikan dan menghilangkan koloid serta untuk menstabilisasi zat organic dalam air limbah. Khusus untuk limbah domestic, tujuan utamanya adalah mengurangi bahan organic dan dalam mengurangi bahan organic dan dalam banyak hal juga menghilangkan nutrisi seperti Nitrogen dan Fosfor. Proses penguraian bahan organik dilakuakan oleh mikroorganisme secara aerobic yang dapat terjadi apabila ada kehadiran oksigen sebagai electron acceptor dalam air limbah dan proses penguraian secara anaerobic ini tanpa adanya oksigen. Dan pengolahan lanjutan (tertiary treatment) yang merupakan kelanjutan dari pengolahan kedua. Umumnya pengolahan ini untuk menghilangkan nutrisi atau unsur hara khusunya nitrat dan posfat. Disamping itu juga pada tahapan ini dapat dilakukan pemusnahan mikroorganisme pathogen dengan penambahan chlor pada air limbah.(6)
Pengolahan tingkat pertama (primer) terjadi dalam penampung di bawah jamban dimana tinja ditampung dan disimpan dalam periode waktu tertentu. Selama proses tersebut, pathogen akan mati setelah 6-12 bulan, dekomposisi dan pengeringan (karena ventilasi dan penambahan material kering), peningkatan pH (penambahan abu, kapur, urea). Pengolahan tingkat kedua (sekunder) direkomendasikan untuk pegomposan untuk penggunaan yang lebih aman.(7)
6. Sistem pengeloloan air limbah dan tinja
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Adapun tujuan pengelolaan dari air limbah itu sendiri, antara lain: (1)
1) Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
2) Melindungi hewan dan tanaman yang hidup didalam air.
3) Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4) Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vector penyakit.
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan berikut: (1)
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air didalam penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga yang menyebabkan penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus ditutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola air limbah, di antaranya :
a. Pengenceran ( disposal by dilution)
Air limbah di buang ke sungai, danau atau laut agar mengalami pengenceran. Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami. Namun, cara semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri pathogen, larva dan telur cacing., serta bibit penyakit lain yang ada di dalam air limbah itu.(1)
Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan berikut harus dipenuhi: (1)
1. Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
2. Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari 30-40 kali.
3. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus mengalir ( tidak boleh stagman) agar tidak menimbulkan bau.
b. Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah yang porous (berpasir) agar air buangan mudah meresap ke dalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tenbus air. Apabila cesspool sudah penuh (kurang lebih 6 bulan), lumpur didalamnya dapat diisap keluaratau dari semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang satu
penuh, air akan mengalir ke cesspool berikutnya. Jarak cesspool dengan sumur air bersih adalah 45 meter dan minimal 6 meter dari pondasi rumah.(1)
c. Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah mengalami pengolahan dalam sistem lain, misalnya dari aqua privy atau septic tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan kedalam tanah. Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang porous, dengan diameter 1-2,5 m dan kedalaman 2.5 m. lama pemakaian dapat mencapai sekitar 6-10 tahun.(1)
d. Septic tank
Septic tank menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolaq air limbah walu biayanya mahal, rumit dan memerlukan tanah yang luas.
Septic tank memiliki 4 bagian antara lain: (1)
1) Ruang pembusukan
Dalam ruangan ini, air kotor akan tertahan 1-3 hari dan akan mengalami penguraian oleh bakterti pembusuk yang akan menghasilkan gas, cairan dan lumpur. Gas dan cairan akan kedalam dosing camber melalui pipa. Lumpu akan masuk ke ruang lumpur.
2) Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampung lumpur apabila ruang sudah penuh, lumpur dapat dipmpa keluar.
3) Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon Mc Donald’s yang berfungsi untuk mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar merata.
4) Bidang resapan
Bidang ini akan mnyerap cairan keluar dari dosing chamber dan menyaring bakteri pathogen maupun bibit penyakit lain. Panjang minimal bidang resapan ini 10 m dan dibuat pada tanah porous.
e. Sistem Riool (sewage)
Sistem riool menampung semua air kotor dari rumah maupun dari perusahaan, dan terkadang menampungn kotoran dari lingkungan. Apabila dipakai untuk menampung air hujan, sisteo riool ini disebut combined system,
sedangkan jika bak penampung air hujannya dipisahkan maka disebut separated system. Agar tidak merugikan kepentingan lain, air kotor dialirkan ke ujung kotak, misalnya ke daerah peternakan, pertanian, atau perikanan darat. Air kotor itu masih memerlukan pengolahan.
Proses pengolahan yang dilakukan antara lain: (1)
1) Penyaringan (screening)
Penyaringan ditujukan untuk menangkap benda-benda yang terapung di atas permukaan air.
2) Pengendapan (sedimentation)
Pada proses ini air limbah, dialirkan ke dalam bak besar (sand trap) sehingga aliran menjadi lambat dan lumpur serta pasir mengendap.
3) Proses biologis
Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat organic di dalam limbah baik secara aerob maupun anaerob.
4) Disaring dengan saringan pasir (sand filter)
5) Desinfeksi
Desinfeksi dengan kaporit (10 kg/1 juta liter air limbah) untuk membunuh mikroba pathogen.
6) Pengenceran
Terakhir, air limbah dibuang ke sungai, danau atau laut sehingga mengalami pengenceran.
Semua proses pengolahan air limbah ini dilakukan dalam suatu instalasi khusus yang dibangun di ujung kota.
Cara Lain Pengelolaan Air Limbah
Pengolahan air limbah juga dapat dilakukan dengan cara berikut ini: (1)
1. Dilution (pengenceran)
2. Irrigation
3. Self purification (kolam oksidasi), yang terdiri dari pengendapan, dekomposisi, recovery, dan clean water.
4. Pengolahan air limbah secara primer dan sekunder.
Pengolahan secara primer terdiri atas :
a. Screen (saringan). Kotoran yang besar disaring.
b. Grit Chamber. Detritus berupa lapisan air, kerikil dan pasir, aliran air diperlambat dengan grit channel.
c. Primary sedimentation tank. Endapan crudge sludge dialirkan ke sludge digestion tank dan menghasilkan gas metana.
d. Cairan yang tertinggal dialirkan sebagai primary effluent ke pengolahan sekunder.
Pengolahan sekunder terdiri dari:
a. Cairan yang berasal dari primary treatment dialirkan ke bak biological treatment kemudian dialirkan ke tangki pengendapan terakhir (final sedimentation tank). Dari total volume endapan lumpur aktif (activated sludge) yang dihasilkan, 25%-nya akan digunakan kembali sehingga dimasukkan lagi ke dalam tangki aerasi, sedangkan yang 75%-nya akan dibuang ke laut, ditimbun rawa-rawa, atau dijadikan pupuk.
b. Air yang tertinggal cukup jernih sehingga dapat langsung disalurkan ke badan-badan air setelah mengalami proses klorinasi.
c. Crudge sludge dialrkan ke sludge digestion tank untuk diubah menjadi gas metana yang akan digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.
d. Endapan lumpur dalam sludge digestion tank dikeringkan dengan alat pengering lumpur.
Purifikasi Air Limbah
Tujuan purifikasi air limbah, antara lain :
1. Untuk menstabilkan bahan-bahan organic melalui proses stabilisasi. Materi akan diurai oleh bakteri menjadi bahan-bahan sederhana yang tidak akan didekomposisi.
2. Untuk menghasilkan effluent yang bebas dari keadaan patogen.
3. Air dapat digunakan tanpa menimbulkan resiko gangguan kesehatan.
Dekomposisi materi organik di dalam air limbah terjadi melalui proses aerob dan anaerob, seperti berikut: (1)
a. Proses aerob
Proses aerob merupakan proses yang paling efisien untuk menurunkan kandungan materi organic di dalam air limbah. Proses ini memerlukan pasokan oksigen terlarut dalam kontinu. Bahan-bahan organic dipecah menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana, seperti karbondioksida, air, amoniak, nitrit, nitrat, dan sulfat melalui kerja bakteri, jamur dan protozoa.
b. Proses anaerob
Proses ini sangat efektif untuk air limbah yang mengandung banyak benda padat. Reaksi dekomposisi anaerob berlangsung lebih lambat dan sangant kompleks. Produk akhir dari dekomposisi tersebut adalah metana, ammonia, CO2, dan H2.
Dalam melakukan purifikasi air limbah, terdapat 3 cara berikut yang dapat dipilih :
1. Modern sewage treatment, terdiri dari :
a. Pengolahan primer, yang meliputi screening, grift chamber, dan primary sedimentation.
b. Pengolahan sekunder, yang meliputi biological treatment, secondary sedimentation, dan klorinasi.
2. Traditional sewage treatment (oxidation pond)
3. Land treatment atau sewage farming. Metode ini memanfaatkan sebidang tanah yang dikelinlingi parit berisi air limbah yang mengalir secara intermiten. Tanah tersebut ditanami tumbuhan semacam kentang dan pohon buah-buahan.
Metode pembuangan kotoran manusia secara umum dapat dibagi menjadi dua, unsewered area dan sewered area. (1)
a. Unsewered Areas
Metode unsewered area merupakan suatu cara pembuangan tinja yang tidak menggunakan saluran air dan tempat pengolahan air kotor. Di dalam metode ini, terdapat beberapa pilihan cara, antara lain: (1)
1. Service type (conservacy system)
2. Non-service type (sanitary latrines)
a. Bore hole latrine
b. Dug well or pit latrine
c. Water seal type of latrines
1. PRAI type
2. RCA type
d. Septic tank
e. Aqua privy
f. Chemical closet
3. latrines suitable for camps and temporary use
a. Shallow trench latrine
b. Deep trench latrine
c. Pit latrine
d. Bore hole latrine
1. Service Type (Conservancy System)
Metode pengumpulan tinja dari ember-ember khusus oleh manusia disebut service type dan kakusnya disebut service latrines. Kotoran diangkut ke pembuangan akhir dan dimusnahkan dengan metode composting dan ditanam dalam lubang yang dangkal. service latrines selain selain tidak sehat juga dapat menyebabkan pencemaran yang tentunya memfasilitasi siklus penyakit yang ditularkan melalui feses (faecalborne). Kotoran di dalam lubang dangkal itu mudah diakses oleh lalat dan kemungkinan menyebabkan pencemaran pada tanah dan air. Ember dan wadahnya mudah mengalami korosi dan perlu sering diganti. Operasi pengosomgan ember tidak selalu memuaskan, disamping adanya kesulitan untuk mengumpulkan pekerja yang cocok yang diperlukan dalam pengumplan tinja. Karena kesulitan tersebut, sebaiknya di pergunakan sistem sanitary latrines di dalam pembuangan kotoran manusia.(1)
2. Non-Service Type of Latrines (Sanitary Latrines)
Di dalam sistem sanitary latrines ini, ada beberapa teknik yang dapat kita gunakan, antara lain: (1)
1. Bore hole latrine
Bore hole latrine terdiri dari lubang dengan diameter 30-40 cm yang digali secara vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman 4-8 k, paling sering 6 m. Alat khusus yang disebut auger dibutuhkan untuk menggali lubangnya. Pada tanah yang lunak dan berpasir, lubang dilapisi dengan bambu untuk mencegah agar tanahnya tidak runtuh. Plat dengan lubang di tengah dan lubang untuk berpijak diletakkan di atas lubang hasil pengeboran tersebut. Sistem ini ditujukan bagi keluarga yang beranggotakan 5-6 jiwa dan dapat dipakai selama 1 tahun. Cara ini juga sesuai untuk keluarga tetapi tidak sesuai untuk umum karena kapasitasnya kecil. Jika isinya sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah, plat dapat diangkat dan lubang ditutup dengan tanah. Lubang baru dapat dibuat kembali dengan cara yang sama. Kotoran dalam lubang akan dipurifikasi oleh bakteri anaerobik yang akan mengubahnya menjadi massa yang tidak berbahaya.(1)
Keuntungan dari kakus bore hole ini antara lain :
 Tidak memerlukan pembersihan setiap hari untuk memindahkan tinja.
 Lubangnya gelap dan tidak cocok bagi lalat untuk berkembang biak.
 Bila lokasinya 15 m dari sumber air, tidak akan menimbulkan pencemaran pada air.
Sistem ini sekarang tidak cocok lagi karena beberapa alasan berikut :
 Lubang tersebut cepat penuh karena kapasitasnya kecil.
 Alat khusus (auger) yang dibutuhkan untuk membuatnya tidak selalu tersedia.
 Banyak tempat yang lapisan tanahnya lunak sehingga sulit menggali lubang lebih dalam dari 3 meter. Selain itu, banyak juga daerah yang berair dan memiliki lapisan permukaan yang lebih tinggi sehingga pembangunan sistem semacam ini justru dapat mencemari permukaan tanah.
2. Dug well latrine
Dug well latrine merupakan pengembangan dari bore hole latrine. Metode ini dilakukan dengan cara membuat lubang berdiameter sekitar 75 cm dengan kedalaman 3-3,5 m. Di daerah dengan tanah berpasir, kedalamannya 1,5-2 m. Lubang dapat dilapisi dengan bambu untuk mencegah runtuhnya tanah. Setelah
plat dipasang di atas lubang, lubang ditutup dengan super structure (rumah-rumahan).
Manfaat tipe ini, antara lain :
1) Mudah dibuat dan tidak membutuhkan alat khusus seperti auger.
2) Bisa digunakan lebih lama karena kapasitasnya lebih besar yaitu selama 5 tahun untuk 4-5 orang.
Bila lubang telah penuh, lubang baru dapat dibuat. Kerja dug well latrine ini sama dengan bore hole latrine, yaitu secara anaerob digestion.(1)
3. Water Seal Type of Latrine
Water seal ini dibuat untuk dua fungsi penting, yaitu mencegah kontak dengan lalat dan mencegah bau busuk. Sistem ini lebih bisa diterima oleh masyarakat desa daripada sistem bore hole latrine.(1)
Keuntungan kakus jenis ini, adalah memenuhi syarat estetika, dapat ditempatkan di dalam rumah karena tidak bau sehingga pemakaiannya lebih praktis dan aman untuk anak-anak.(1)
Adapun persyaratan di dalam penerapan sistem water seal latrine, antara lain: (1)
i. Lokasinya sekitar 15 m dari sumber air dan sebaiknya berada pada daerah yang lebih rendah dari sumber air untuk mencegah kontaminasi bakteri pada sumber air.
ii. Memiliki plat untuk jongkok dibuat dari bahan yang mudah dicuci, cepat bersih, dan kering. Plat ini terbuat dari beton/semendengan ukuran 90 x 90 x 5 cm. Ada kemiringan 0,5 inci pada wadahnya untuk memudahkan aliran ke dalam kakus.
iii. Memiliki wadah (pan) yang ditujukan untuk menampung tinja, urine dan air. Panjangnya 42,5 cm, lebar bagian depan 12,5 cm dan bagian yang terlebar adalah 20 cm.
iv. Memilik perangkap (trap) yang terbuat dari pipa dengan diameter 7,5 cm yang dihubungkan dengan pas di atas dan menyimpan air yang penting untuk water seal. Water seal adalah jarak antara titik tertinggi air didalam perangkap dan titik terbawah air ada pada permukaan atas perangkap.
Kedalaman water seal pada RCA latrine adalah 2 cm. Water seal dapat mencegah bau dan masuknya lalat.
v. Jika lubang yang digali terletak jauh dari plat tempat jongkok, dapat disiapkan sebuah pipa penghubung antara keduanya dengan diameter sekitar 7,5 cm dan panjangnya sekurang-kurangnya1 m serta berujung bengkok. Tipe ini disebut tipe indirect (tidak langsung). Pada tipe direct (langsung), pipa penghubung tidak digunakan. Tipe langsung paling baik pada daerah yang tanahnya keras dan tidak mudah runtuh. Tipe langsung lebih murah dan mudah dibuat serta memerlukan ruangan yang kecil. Kelebihan dari tipe indirect adalah bahwa jika lubang telah penuh, lubang kedua dapat dibuat hanya dengan mengubah arah pipa penghubung. Oleh karena itu, tipe indirect lebih disukai.
vi. Memiliki dug well latrine yang biasanya berdiameter sekitar 75 cm dengan kedalaman 3-3,5 cm. Pada tanah yang lembut dan memiliki kandunga air yang tinggi, bamabu dapat digunakan untuk mencegah runtuhnya tanah.
vii. Memiliki super structure (rumah-rumahan) yang sengaja dibangun untuk menyediakan kebebasan pribadi dan tempat berlindung.
viii. Di dalam pemeliharaannya, kakus ini hanya digunakan untuk kepentingan yang dimaksudkan dan tidak untuk pembuangan bahan-bahan lain. Platnya harus sering dibersihkan dan dijaga agar selalu kering dan bersih.
4. Septic Tank
Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk sekelompok kecil rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. (1)
Desain utama dari septic tank antara lain :
1) Kapasitas septic tank bergantung pada jumlah pemakai. Kapasitas 20-30 galon/orang dinjurkan untuk penggunaan rumah tangga. Kapasitas untuk rumah tangga itu tidak berlaku untuk septic tank yang ditujukan untuk kepentingan umum (kapasitas minimal 50 galon/orang).
2) Ukuran panjang biasanya 2 kali lebar.
3) Kedalaman lubang antara 1,5-2 m.
4) Kedalaman cairan dianjurkan hanya 1,2 m.
5) Ruangan udara minimal 30 cm di antara titik tertinggi cairan di dalam tank dengan permukaan bawah penutup.
6) Dasar dibuat miring ke arah lubang pengeluaran.
7) Memliki lubang air masuk dan keluar, terdapat pipa masuk dan keluar.
8) Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.
9) Periode retensi septic tank dirancang selama 24 jam.
Mekanisme Kerja Septic Tank.
Pertama, benda padat yang ada diuraikan oleh bakteri anaerob dan jamur menjadi senyawa kimia yang sederhana. Tahap pertama dalam proses purifikasi tersebut dinamakan anaerobic digestion. Cairan yang keluar melalui pipa pengeluaran disebut affluent. Cairan tersebut mengandung bakteri, kista, telur cacing dan bahan-bahan organik dalam bentuk cair maupun suspensi. Bahan-bahan organik kemudian dioksidasi menjadi hasil akhir yang stabil seperti nitrat dan air. Tahap tersebut dinamakan tahap oksidasi anaerobik. Kedua tahapan tersebut berlansung dalam septic tank. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan: (1)
a. Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya dihindari karena dapat membunuh flora bakteri di dalam septic tank.
b. Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank sehingga isi septic tank harus dibersihkan minimal sekali setahun.
c. Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dengan air sampai saluran pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain untuk memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri.
5. Aqua Privy (Cubluk Berair)
Fungsi aqua privy sama dengan septic tank dan telah banyak digunakan di berbagai negara. Kakus ini memiliki bak yang kedap air. Bentuk tangkinya sirkuler atau rektanguler. Pembuatan kakus ini dilakukan dengan cara membuat lubang pada tanah dengan diameter 80-120 cm dan dalam 2,5-8 m. Dindingnya diperkuat dengan batu atau bata dan dapat ditembok agar tidak mudah runtuh.
Lama pemakaian dapat mencapai 5-15 tahun. Jika tinja sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah, cubluk dipandang sudah penuh. Cubluk yang sudah pernuh ditimbun dengan tanah dan dibiarkan selama 9-12 bulan. Setelah itu, isi cubluk dapat diambil untuk digunakan sebagai pupuk, sedangkan lubangnya dapat dipergunakan kembali. Jika cubluk yang satu sudah penuh dan ditimbun, cubluk yang baru dapat dibuat.(1)
Tinja mengalami proses perifikasi berupa anaerobik digestion yang akan menghasillkan gas kotor. Dengan demikian perlu dibuat ventilasi untuk mengeluarkannya. Air yang keluar dari saluran pengeluaran berbahaya karena mengandung bahan-bahan tinja berbentuk suspensi yang dapat berisi agens parasit atau infeksi. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kakus semacam ini: (1)
a. Jangan pernah memasukkan desinfektan ke dalam kakus karena dapat mengganggu proses pembusukan yang emngakibatkan cubluk cepat penuh.
b. Setiap minggu, kakus sebaiknya diberi minyak tanah untuk mencegah nyamuk bertelur di dalamnya.
c. Agar tidak terlalu bau, kakus dapat diberi kapur barus.
Kakus ini hanya baik dibangun di tempat yang banyak mengandung air.
6. Chemical Closet
Kloset ini terdiri dari tanki metal yang berisi cairan desinfektan (kaustik soda) yang juga ditambah dengan bahan penghilang bau. Tempat duduk diletakkan langsung diatas tanki. Tidak ada yang boleh dimasukkan ke dalam kloset kecuali kertas toilet. Jika air dimasukkan ke dalam kloset, cairan kimia yang ada di dalamnya akan mengalami pengenceran sehingga kloset tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tinja dapat dicairkan dan disterilisasi dengan bahan kimia. Setelah beberapa bulan penggunaan kloset kimia, isi kloset harus dibuang. Chemical closet ini banyak digunakan dalam sarana transportasi, misalnya kereta api dan pesawat terbang.(1)
3. Latrines Suitable for Camps and Temporary Use
Kakus ini dipakai untuk kebutuhan sementara (perkemahan dan tempat pengungsian). Ada beberapa jenis kakus semacam ini, di antaranya: (1)
1) Shallow trench latrine
Kakus ini memiliki lebar 30 cm dan dalam 90-150 cm. Panjangnya bergantung pada jumlah penggunanya (sekitar 3-3,5 m untuk 100 orang). Saluran yang terpisah harus dibuat untuk laki-laki dan perempuan. Timbunan tanah harus tersedia di sisi setiap kakus karena setiap kali menggunakan kakus ini, penggunanya harus menutup sendiri kotorannya dengan tanah. Kakus ini ditujukan untuk penggunaan dalam waktu singkat. Jika isi saluran sudah mencapai 30 cm di bawah permukaan tanah, kakus ini harus ditutup. Jika perlu, dibuat saluran baru lagi.(1)
2) Deep trench latrine
Kakus ini digunakan dalam jangka waktu lebih lama yaitu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Ukuran kedalamannya mencapai 1,8-2,5 m, sedangkan lebarnya 75-90 cm. Penyediaan tempat berjongkok akan bergantung pada kebiasaan setempat. Kakus ini dilengkapi dengan rumah kakus untuk privasi dan perlindungan.(1)
b. Sewered Areas
Pada sistem pembuangan limbah cair yang menerapkan water carriage system atau sewerage system, pengumpulan dan pengangkutan ekskreta dan air limbah dari rumah, kawasan industri dan perdagangan dilakukan melalui jaringan pipa dibawah tanah yang disebut sewers ke tempat pembuangan akhir yang biasanya dibangun di ujung kota. Sistem tersebut merupakan metode di dalam pengumpulan dan pengangkutan kotoran manusia dari kota-kota yang berpenduduk padat.(1)
Terdapat 2 tipe sistem sewered areas antara lain: (1)
a) Sistem kombinasi (combined sewer)
Pada sistem kombinasi, sewer membawa air permukaan dan air limbah dari rumah tangga dan lainnya dalam satu saluran.
b) Sistem terpisah (separated sewer)
Pada sistem sewer terpisah, air permukaan tidak masuk ke dalam sewer. Sistem terpisah dianjurkan dan dewasa ini menjadi pilihan. Hambatan di dalam penerapannya adalah mahalnya biaya pembuatan sistem ini.
Cara pembuangan tinja mempergunakan sistem saluran air (water carriage system) dan pengolahan limbah (sewage treatment) merupakan perwujudan persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi dalam pembuangan tinja. Persyaratan sanitasi tersebut antara lain :
a) Tinja tidak mengotori permukaan tanah.
b) Tinja tidak mencemari air tanah.
c) Tinja tidak mengotori air permukaan.
d) Kotoran tidak boleh terbuka agar tidak dapat dicapai lalat atau binatang.
e) Tinja tidak menyebarkan bau busuk dan mengganggu estetika.
f) Penerapan teknologi tepat guna : Penggunaan mudah, konstruksi murah, pemeliharaan mudah.
Water Carriage System
Water carriage system memiliki elemen-elemen sebagai berikut: (1)
1. Sistem pipa bangunan (household sanitary fittings)
Sistem ini terdiri atas :
a. water closet
b. urinal
c. wash basin
2. Saluran pipa pembuangan dari rumah (house sewers)
Pembilasan toilet, saluran pembuangan dan air kotor memasuki saluran rumah melalui intermediate connection yang dikenal sebagai pipa tanah (soil pipe). Pipa tanah ini menghubungkan saluran pembuangan dari house fitting ke house drain (saluran rumah). Pipa itu juga berfungsi sebagai ventilasi luar (outlet ventilator) untuk gas-gas kotor. House drain biasanya berdiameter 10 cm dan terletak kira-kira 15 cm di bawah tanah. House drain akan menyebabkan kotoran mengendap sebelum masuk ke dalam pipa utama.
3. Pipa pembuangan di jalan (street sewer)
Pipa utama ini berdiameter tidak kurang dari 22,5 cm sementara pipa yang lebih besar berdiameter 2-3 meter. Pipa ini diletakkan di atas semen kira-kira 3 m di bawah tanah. Pipa utama ini menerima kotoran dari beberapa rumah dan mengangkutnya ke pembuangan akhir.
4. Peralatan saluran (sewers appurtenance)
Peralatan saluran ini terdiri atas manholes (lubang selokan) dan trap (perangkap) yang dipasang pada sistem pembuangan air kotor. Manholes merupakan bangunan yang bermuara ke dalam sewer system yang diletakkan pada titik pertemuan 2 sewer atau lebih dan pada jarak 100 m lurus. Lubang ini memungkinkan manusia masuk ke dalam saluran untuk memriksa, memperbaiki dan membersihkannya. Pekerja yang memasuki manholes dapat mengalami keracunan dan sesak nafas.(1)
Trap merupakan alat yang dirancang untuk mencegah masuknya gas-gas kotor ke dalam rumah dan untuk memisahkan pasir dan bahan-bahan lain dari saluran. Trap diletakkan dalam 3 situasi berikut: (1)
a. Di bawah basin (baskom) WC.
b. Di titik masuknya permukaan air limbah ke dalam saluran.
c. Di titik persambungan antara saluran rumah dan saluran umum.
Instalasi pembuangan air kotor ini sangat kompleks dan membutuhkan pernecanaan, rancangan, konstruksi, operasi dan administrasi yang membutuhkan keahlian khusus. Namun, sistem ini dapat melayani satu generasi (30 tahun).(1)
Daftar pustaka
1. Dr. Budiman, Chandra. 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. Cetakan 1. Egc : Jakarta.
2. Desy Rizkiyah Lestari dan Gogh Yudihanto. Pengolahan lumpur tinja pada sludge drying bed iplt keputih menjadi bahan bakar alternatif dengan metode biodrying. Teknik pomits 2 (2) (2013).
3. Kadek Diana Harmayani dan I G. M. Konsukartha. Pencemaran air tanah akibat pembuangan limbah domestik di lingkungan kumuh studi kasus Banjar Ubung Sari, kelurahan Ubung. Permukiman natah 5 (2) (2007): 62-108.
4. Guntur Yusuf. Bioremediasi limbah rumah tangga dengan sistem simulasi tanaman air. Bumi lestari 8 (2) (2008): 136-144.
5. Dr. Ayi Bahtiar. Polusi air tanah akibat limbah industri dan rumah tangga serta pemecahannya. 2007.
6. Ricki M. Mulia. 2005. Kesehatan lingkungan. Cetakan 1. Graha ilmu: Yogyakarta.
7. Ir. Sri Darwati, MSc. Tinjauan penerapan sanitasi berwawasan lingkungan dengan sistem pemisahan tinja dan urin. Permukiman 2 (3) (2007).
8. Junaidi. Analisis teknologi pengolahan limbah cair pada industri tekstil (studi kasus PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta). Presipatasi 1 (1) ( 2006).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar