Minggu, 29 Maret 2015

KESEHATAN LINGKUNGAN


DASAR-DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN
VEKTOR DAN KESEHATAN







Oleh:
Normalia Rizki
(I1A114045)










PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2015



VEKTOR DAN KESEHATAN
11.      Jenis- jenis vektor yang berhubungan dengan kesehatan
Vektor adalah serangga atau hewan lain yang biasanya membawa kuman penyakit yang merupakan suatu resiko bagi kesehatan masyarakat.Vektor adalah hewan avertebrata yang bertindak sebagai penular penyebab penyakit (agen) dari host pejamu yang sakit ke pejamu lain yang rentan. Vektor digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu vektor mekanik dan vektor biologik. Vektor ·mekanik yaitu hewan avertebrata yang menularkan penyakit tanpa agen tersebut mengalami perubahan, sedangkan dalam vektor biologi agen mengalami perkembangbiakan atau pertumbuhan dari satu tahap ke tahap yang lebih lanjut. Contoh Aedes aegypti bertindak sebagai vektor demam berdarah vektor adalah golongan arthropoda atau
binatang yang tidak bertulang belakang lainnya (avertebrata) yang dapat memindahkan penyakit dari satu sumber/reservoir ke pejamu potensial. Musca domestica merupakan vektor mekanis beberapa penyakit dan penyebab myiasis pada manusia dan hewan, lalat ini juga mengganggu dari segi kebersihan dan ketenangan. (1,2)
Penyakit menular yang penularannya terutama oleh vektor dapat dibagi menurut jenis vektornya yaitu vektor nyamuk (mosquito borne diseases) anatara lain malaria, filariasis, dan beberapa jenis virus encephalitis, demam virus seperti demam dengue, virus hemorrhagic seperti dengue hemorrhagic fever serta yellow fever. Vektor kutu louse (louse borne disese) anatara lain epidemic tifus fever dan epidemic relapsing fever. Vektor kutu flea (flea borne disease) pada penyakit pes dan tifus murin. Vektor kutu mite antara lain spotted fever, epidemic relapsing fever dan lain-lain. Penyakit oleh serangga lainnya seperti sunly fever, lesmaniasis, barthonellosis oleh lalat phlebotonus (1).

22.      Hubungan vektor dengan kesehatan
Kesehatan manusia sangat tergantung pada interaksi antara manusia dan aktivitasnya dengan lingkungan fisik, kimia, serta biologi. Misalnya reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah, atau zat organik (seperti tinja dan makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak agen. Sewaktu agen berkembang biak dalam reservoir, mereka melakukannya sedemikian rupa sehingga penyakit dapat ditularkan pada pejamu yang rentan. Sedangkan konsep reservoir menurut Soebarsono (2005), bahwa reservoir host adalah hewan vertebrata yang merupakan sumber pembawa agen, sehingga penyakit tersebut dapat terjadi secara lestari atau berkesinambungan tanpa hewan tersebut menunjukkan gejala klinik atau gejala penyakit bersifat ringan. Contohnya babi, sapi, domba merupakan reservoir dari virus Japanese encephalitis (1,3)

33.      Definisi faktor resiko lingkungan dan perilaku.
Faktor risiko lingkungan, baik lingkungan dalam rumah maupun lingkungan luar rumah. Faktor lingkungan dalam rumah meliputi lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat, misalnya konstruksi plafon dan dinding rumah, pencahayaan, serta kelembaban. Sementara itu, faktor lingkungan luar rumah adalah yang terkait dengan tempat perkembangbiakan vektor. Faktor ini meliputi air yang tergenang, sawah, rawa-rawa, tumbuhan air, semak, serta kandang binatang reservoir. Faktor risiko selanjutnya adalah kebiasaan keluar rumah pada malam hari. Selain itu, pengetahuan mengenai vektor yang akan meningkatkan kesadaran individu serta terjadinya resistensi vektor terhadap insektisida masuk ke dalam faktor risiko yang harus diperhatikan. Jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan umur juga menjadi faktor risiko dari penyakit (4).

44.      Sistem pengendalian vektor
Teknik Serangga Mandul (TSM), yaitu suatu teknik pengendalian vektor yang potensial, ramah lingkungan, efektif, spesies spesifik dan kompatibel dengan teknik lain. Prinsip dasar TSM sangat sederhana, yaitu membunuh serangga dengan serangga itu sendiri (autocidal technique). TJM atau Teknik Jantan Mandul merupakan teknik pemberantasan serangga dengan jalan memandulkan serangga jantan. Kemandulan adalah ketidakmampuan suatu organisme untuk menghasilkan keturunan. Gejala kemandulan akibat radiasi pada nyamuk jantan
disebabkan karena terjadinya aspermia, inaktivasi sperma, mutasi letal dominan dan ketidakmampuan kawin (5).
55.      Pemantauan vector
Pemantauan vektor misalnya pada penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah dengan pemantauan jentik dimaksudkan untuk mengetahui wilayah yang memiliki potensi sebagai sumber penyakit DBD. Pemantauan terhadap penderita juga dilakukan guna mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk sebagai vektor perantara. Pemantauan dilakukan dengan cara membersihkan area sekitar tempat tinggal penderita. Pembersihan area sekitar dimaksudkan agar tidak ada nyamuk yang menularkan penyakit dari penderita ke orang-orang di sekitarnya (6).
Pengetahuan terkait pemantauan dan pendeteksian nyamuk penyebab DBD menggunakan sistem informasi geografi (SIG) sebagai alat untuk melakukan analisis spatial, akhir-akhir ini banyak digunakan dalam berbagai ilmu, termasuk ilmu kesehatan masyarakat. Sistem informasi geografis mampu menunjukkan secara spatial persebaran penderita dan pola penyebarannya. Dengan menggunakan pertampalan peta antara kondisi lokasi dengan persebaran penderita, dapat pula diprediksi lokasi yang potensial endemik penyakit menular. Penelitian lainnya pernah dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara informasi spatial dan pendekatan statistik untuk memprediksi wilayah kematian penderita yang disebabkan demam berdarah. Kombinasi pendekatan ini memperlihatkan keunggulan dan ketepatan dalam memberikan informasi wilayah secara tepat, begitu ada kejadian kematian (6).

66.      Pencegahan vektor dari aspek kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat
Upaya pemberantasan penyakit, baik itu menyangkut pencegahan, pengobatan, maupun rehabilitasi selalu melibatkan perempuan, khususnya ibu rumah tangga. Di masyarakat, perempuan khususnya ibu rumah tangga diposisikan sebagai care giver. Artinya, mereka bertugas menjaga, merawat, mengobati anggota keluarga apabila menderita sakit.6 Padahal dengan tugas ganda ibu rumah tangga, tidak mudah bagi mereka untuk mencegah penyakit. Tugas ibu rumah tangga untuk menjaga kesehatan keluarga dan masyarakat selain memerlukan waktu, tenaga, uang, juga memerlukan keterampilan. Rasa apatis, kemalasan dan kepercayaan menyalahkan penyakit demam berdarah pada masyarakat miskin atau pada masyarakat yang kurang pengetahuannya juga menjadi faktor pendukung masyarakat merasa gagal melakukan upaya pengendalian vektor. Ibu rumah tangga yang ditemukan jentik di dalam rumahnya meyakini bahwa keberadaan jentik sebagai fenomena alamiah. Hal ini disebabkan oleh persepsi bahwa jentik sulit untuk dihilangkan dan selalu ditemukan di dalam tempat air, walaupun kontainer air tersebut selalu dibersihkan (7).
Menurut Karla dan Bang (cit. WHO12) jika partisipasi dan sikap warga masyarakat rendah dalam melakukan program pencegahan dan pemberantasan DD/DBD direkomendasikan untuk menggabungkan kegiatan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan dan pemberantasan DBD dengan prioritas pembangunan masyarakat lainnya. Apabila pelayanan masyarakat di suatu daerah (seperti pengumpulan sampah, pembuangan sampah cair, penempatan air yang layak minum, dan lainlainnya) dinilai kurang berfungsi, maka masyarakat dan mitramereka dapat dimobilisasikan untuk ikut meningkatkan kegiatan tersebut, dan pada saat yang bersamaan seluruh komponen masyarakat dapat mengurangi tempat-tempat perkembangbiaan nyamuk Aedes sebagai bagian dari usaha total pembangunan masyarakat (8).
Mengkombinasikan upaya pemberantasan vektor dengue dengan seluruh penyebab penyakit dan nyamuk pengganggu serta serangga lainnya, guna mendapatkan manfaat yang terbaik bagi masyarakat sehingga dapat meningkatkan partisipasimasyarakat dalamkampanye lingkungan. Menyiapkan insentif bagimereka yang berpartisipasi dalam program pemberantasan dengue. Seperti contoh, dapat dilakukan perlombaan di tingkat nasional untukmengidentifikasi lingkungan terbersih atau lingkungan dengan indeks jentik terendah dalam suatu daerah perkotaan (8).




DAFTAR PUSTAKA

         . Tri Wijayanti. Vektor dan reservoir. Balaba (2)( 2008): 18-19.
2.      Poedji Hastutiek, Loeki Enggar Fitri. Potensi musca domestica linn. Sebagai vektor beberapa penyakit. Kedokteran brawijaya 23 (3) (2007): 125-136.
3.      Kholis Ernawati, Budhi Soesilo, dkk. Hubungan faktor risiko individu dan lingkungan rumah dengan malaria di Punduh Pedada kabupaten Pesawaran provinsi Lampung Indonesia 2010. Makara, kesehatan, 15( 2)( 2011): 51-57.
4.      Puji Juriastuti, Maya Kartika, dkk. Faktor risiko kejadian filariasis di kelurahan Jati Sampurna. Makara, kesehatan 14 (1)(2010): 31-36.
5.      Siti Nurhayati. Prospek pemanfaatan radiasi dalam pengendalian vektor penyakit demam berdarah dengue. Buletin alara 7( 1, 2) ( 2005): 17 – 23.
6.      Widyawati, Irene F. Nitya, dkk. Penggunaan sistem informasi geografi efektif memprediksi potensi demam berdarah di kelurahan endemik. Makara, kesehatan 15 (1) ( 2011): 21-30.
7.      Aryani Pujiyanti, Atik Triratnawati. Pengetahuan dan pengalaman ibu rumah tangga atas nyamuk demam berdarah dengue. Makara, kesehatan 15 (1)(2011): 6-14.
8.      Asniati, Djaswadi Dasuki, Hari Kusnanto. Peran media massa terhadap perilaku ibu dalam upaya pencegahan demam berdarah pada rumah tangga di kota Yogyakarta. Berita kedokteran masyarakat 24 (3) (2008): 103-110.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar